Bagaimana langit bisa biru?
Saat menengadahkan kepala memandang luasnya langit di siang
hari yang cerah, maka mata akan menangkap warna biru mendominasi angkasa. Tanda
tanya pun terbesit: Mengapa langit berwarna biru?
Pertanyaan ini mungkin pernah kita ajukan saat masa
kanak-kanak, namun, mungkin kita sudah tidak mengingat penjelasannya.
Angkasa luar sejatinya tidak berwarna. Sementara, Matahari
memancarkan cahaya terang dan keemasan.
Warna biru langit disebabkan oleh interaksi atmosfer dan
cahaya matahari. Dikutip dari Live Science, cahaya putih, termasuk cahaya
matahari, terbuat dari partikel-partikel cahaya dengan warna berbeda.
Masing-masing memiliki panjang gelombang yang berkoresponden.
Beberapa hal berbeda bisa terjadi saat cahaya itu
bersentuhan dengan zat.
Contohnya, jika cahaya matahari menembus benda transparan
seperti air, gelombang cahaya akan terbiaskan atau melengkung. Karena cahaya
berubah kecepatannya selagi berpindah dari satu medium (udara) ke medium
lainnya (air).
Prisma memecah cahaya putih dalam unsur-unsur warna. Karena
gelombang cahaya berbeda membiaskan warna-warna berbeda dalam tiap sudut
pandang. Sedangkan, warna-warna berpindah dalam kecepatan berbeda selagi
menembus prisma.
Prisma membiaskan sinar putih dalam spektrum warna-warna.
Alternatifnya, seberapa objek, seperti cermin, merefleksikan
cahaya dalam satu arah. Sedangkan objek lainnya bisa menjadikan cahaya tersebar
ke berbagai arah.
Birunya langit merupakan hasil dari tipe penyebaran yang
disebut 'penyebaran Rayleigh', yang mengacu pada penyebaran cahaya dari
partikel yang berukuran kecil. Hanya satu persepuluh panjang gelombang.
Penyebaran Rayleigh sangat bergantung pada panjang gelombang
cahaya, dengan panjang gelombang yang di bawah paling banyak tersebar. Pada
atmosfer lapisan bawah, partikel mini oksigen dan molekul nitrogen menyebarkan
cahaya gelombang pendek, seperti warna spektrum biru dan nila, ke derajat yang
lebih besar dari cahaya gelombang panjang, seperti merah dan kuning.
Faktanya, penyebaran dari cahaya 400-nanometer (nila) 9,4
kali lebih luas dari penyebaran cahaya 700-nanometer (merah).
Spektrum warna dan panjang gelombang cahaya. (foto:
1000bulbs.com)
Walaupun partikel asmosfer menyebarkan lebih banyak nila
dibanding biru, warna biru yang terlihat dikarenakan mata kita lebih sensitif
terhadap cahaya biru. Juga karena sebagian cahaya nila telah diserap oleh
lapisan atas atmosfer.
Ketika matahari terbit atau tenggelam, cahaya matahari
menembus atmosfer lebih kuat. Ini mengakibatkan cahaya biru dan nila tersebar
lagi, dan memperlihatkan cahaya merah dan kuning bersinar. Inilah yang
menampilkan semburat jingga pada langit.
Pengetahuan
No comments:
Post a Comment